Jumat, 08 April 2011

Realita 


Sebuah harapan menyapa, 
senyum yang indah ia tampakan,
pada sungai asaku yang selalu dia aliri mimpi-mimpi,
ada sebuah kenyataan mengukir wajahku pada batu kehidupan, 
ku teliti ternyata seperti pecundang hasilnya,
ku tak mengerti ucapnya,
namun yang ku rasa hanya cerca


Cerita


"Malam telah larut pukul 02.00 wib, mataku masih saja terbuka dengan di temani pikiranku yang harus di koyak-kotakan. Sebuah sikap telah aku tunjukan yang sanggup membuat ratusan mata terbelak menuju satu titik yaitu "aku", aku bukanlah baja yang kuat menahan hantaman keras seperti peluru namun aku juga bukan es yang mudah mencair ketika lingkunganku tak sejalan dengan diri ini, mimpi itu masih ada untuk tetap ku perjuangkan karena apapun kondisi dan masa lalu berbicara diri ini akan tetap selalu tegak menatap asa mengejar matahari."


Maksiat Penghilang semangat


Kebanyakan manusia yang bermaksiat akan merasakan : lelah, malas, sakit, pesimis bahkan maksiat pun dapat menjadi sumber kegagalan. Imam syafi'i seorang ulama besar pernah berkata alImu nuurun wanurullahi la yahdi ilal ma'asyi yang artinya "ilmu itu cahaya dan cahaya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada tukang maksiat, hal ini merupakan sebuah teguran bagi siapapun yang mengehendaki berilmu, terutama seorang abid (ahli Ibadah) karena ilmu itu merupakan hal mutlak dalam mengerjakan ibdah.


Arti Sebuah kehilangan


Sakit, merana, semua isi hati bisa terungkap justru kala seseorang yang kita sayangi telah tiada, ketika ia tak bisa mendengar sebuah ucapan sayang, rindu, bahkan maaf. Hal ini terbukti di Facebook teman saya yang meninggal dunia, ku baca di dinding facebook nya ungkapan sayang, maaf, rindu, dan masih banyak ungkapan yang mungkin ia takan mampu mendengar karena kini yang ia butuhkan adalah sebait do'a. Mengapa ?... tidak di panggil saja ketika ia ada? ... mengapa? & mengapa ?... semua harus di ungkapkan ketika ia tidak ada di tempat pengungkapan.

 Dunia Alasan

Jika di katakan karena manusia itu makanulkhoto' (tempatnya salah) itu merupakan hal klasik yang sering di gunakan oleh orang-orang yang berjubel dengan alasan, padahal justru banyak alasan adalah ciri orang yang bermain dengan kegagalan alias orang gagal. Saya ingin sedikit menyinggung keadaan umat yang sudah amat mengenaskan. Budeg, deretan penderitaan demi penderitaan benar-benar sedang di alami Umat Islam, dalam majalah sabili di terangkan 80 ribu orang tewas, dua juta orang menjadi pengungsi, 5000 wanita muslim di perkosa, hal itu terjadi di bosnia, belum lagi palestina dan afganistan. Kebanyakan umat Islam tampak menutup telinga dan mata hatinya terhadap kejadian kejadian yang menimpa saudaranya sesama muslim, padahal jika kita menyadari seseorang yang sudah mengucapkan dua kalimat syahadat mempunyai konsekuensi sangat besar terhadap kesaksianya tersebut, Allah swt berfirman dalam surat Alzalzalah :"barang siapa beramal kebaikan sekecil bija zaroh (kurma) maka Allah akan membalasnya dan barang siapa beramal keburukan sekecil biji zarohpun Allah akan memberi balasan". Menjadi sebuah renungan kita bersama kala kita malah membantu pembunuhan saudara-saudara kita dengan mengkonsumsi produk yahudi yang sebagian dananya di belikan peluru-peluru tajam untuk merobek tubuh seorang muslim. Akankah kita masih berdalih karena pemasaran di kuasai yahudi, heh alasan ? dasar alasan ? .... lebih baik hidup dengan merasakan haus dari pada kita meminum darah saudara kita sendiri mungkin filosofi ini tepat menyadarkan kita bersama.

4 komentar: